Jaga Kondusifitas, Pelajar Tangerang Raya Diminta Jauhi Provokasi Isu Negatif Medsos

Jaga Kondusifitas, Pelajar Tangerang Raya Diminta Jauhi Provokasi Isu Negatif Medsos

KONEKSI MEDIA – Menjelang tahun politik yang semakin memanas dan potensi penyebaran informasi palsu (hoaks), Koordinator Pelajar Tangerang Raya (Koperta) mengeluarkan imbauan tegas kepada seluruh pelajar di wilayah Tangerang, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang. Mereka meminta siswa-siswi untuk tetap menjaga situasi yang kondusif di lingkungan sekolah dan masyarakat, serta bersikap kritis agar tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu negatif, berita bohong, atau ujaran kebencian yang marak beredar di media sosial.

Imbauan ini disampaikan oleh Ketua Umum Koperta, Ahmad Fauzan, dalam sebuah acara diskusi bertema “Peran Pelajar dalam Menjaga Keutuhan Bangsa di Era Digital” yang diselenggarakan di salah satu aula perguruan tinggi di Tangerang, Kamis (20/11/2025).

Media Sosial: Tantangan Serius Bagi Pelajar

Fauzan menyoroti peran media sosial sebagai pedang bermata dua. Di satu sisi, platform digital menawarkan akses informasi dan edukasi yang tak terbatas, namun di sisi lain, ia menjadi saluran utama penyebaran konten-konten provokatif yang bertujuan memecah belah dan menciptakan ketegangan.

“Generasi pelajar saat ini adalah digital native. Sayangnya, kecepatan informasi di media sosial seringkali tidak diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang memadai,” ujar Fauzan. “Kami melihat banyak kasus, terutama di kalangan siswa SMA dan SMK, di mana mereka dengan mudahnya membagikan ulang (repost) informasi tanpa memverifikasi kebenarannya. Ketika informasi itu berisi unsur kebencian atau provokasi terkait suku, agama, ras, atau antargolongan (SARA), dampaknya bisa sangat merusak kohesi sosial.”

Fauzan menambahkan bahwa isu-isu yang paling rentan memicu perpecahan di kalangan pelajar saat ini seringkali berkaitan dengan politik identitas, SARA, dan isu-isu sensitif menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) mendatang.

Langkah Praktis Jaga Kondusifitas

Koperta tidak hanya berhenti pada imbauan, tetapi juga menawarkan beberapa langkah praktis yang bisa diterapkan oleh pelajar untuk menjadi “agen perdamaian” di dunia maya dan nyata:

  1. Verifikasi Silang: Pelajar wajib membiasakan diri untuk membandingkan informasi dari minimal dua sumber resmi dan terpercaya sebelum mempercayai atau membagikannya.
  2. Filter Konten Negatif: Jika menemukan akun atau konten yang secara eksplisit berisi ujaran kebencian atau ajakan kekerasan, pelajar diminta untuk segera melaporkannya (report) ke pihak pengelola platform atau otoritas terkait, bukan malah ikut menyebarkan.
  3. Fokus pada Prestasi: Koperta menekankan bahwa energi pelajar seharusnya diarahkan pada hal-hal yang produktif, seperti belajar, berorganisasi positif, dan meraih prestasi, bukan terbuang untuk perdebatan atau perselisihan yang diakibatkan oleh hoaks.
  4. Menjaga Etika Digital: Penting bagi pelajar untuk selalu mengingat bahwa jejak digital bersifat permanen. Setiap komentar atau unggahan yang provokatif dapat berdampak buruk pada masa depan akademis dan profesional mereka.

Peran Sekolah dan Orang Tua

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten, yang diwakili oleh salah satu kepala bidang, menyambut baik inisiatif Koperta. Beliau menekankan bahwa peran sekolah dan orang tua sangat vital dalam membentengi siswa.

“Sekolah harus aktif memasukkan materi literasi digital kritis dalam kurikulum ekstrakurikuler. Guru Bimbingan Konseling (BK) juga harus lebih peka terhadap perubahan perilaku siswa yang mungkin terpengaruh oleh konten negatif,” jelas perwakilan Disdik tersebut.

Lebih lanjut, ia mengimbau orang tua untuk tidak gaptek (gagap teknologi) dan proaktif mendampingi anak-anak mereka saat berselancar di media sosial, menciptakan ruang diskusi terbuka mengenai bahaya hoaks dan cyberbullying.

Dengan jumlah pelajar di Tangerang Raya yang mencapai ratusan ribu, potensi mereka untuk menjadi korban atau bahkan penyebar hoaks sangat besar. Oleh karena itu, gerakan yang dipelopori oleh Koperta ini diharapkan dapat memutus rantai penyebaran isu negatif, memastikan lingkungan belajar tetap tenang, dan menjadikan pelajar Tangerang Raya sebagai pelopor generasi yang cerdas, kritis, dan beretika digital, sehingga mampu menjaga situasi kondusif menjelang momen-momen krusial di tahun politik.