KONEKSI MEDIA – Hasto Kristiyanto, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, mengambil sikap tegas dan visioner menyasar pemilih milenial dalam persiapan menghadapi Pemilu 2029. Dalam pidato pembukaannya di acara Bersukaria Camp dan Rakernas Banteng Muda Indonesia (BMI) di Puncak, Bogor, ia menegaskan pentingnya menerjemahkan ideologi Bung Karno sebagai pedoman perjuangan generasi muda partai. Menurut Hasto, di tengah arus politik modern yang semakin pragmatis dan transaksional, pemuda harus punya keberanian untuk mengatakan “tidak” ketika nilai-nilai kebangsaan dipertaruhkan.
Hasto mengajak kader muda untuk bermimpi besar, melahirkan gagasan progresif, dan tidak takut menjadi berbeda. Ia menekankan bahwa generasi muda PDIP bukan sekadar penerus, melainkan agen perubahan yang mampu membawa semangat nasionalisme ke ranah kontemporer. Untuk itu, Hasto menyoroti lambang kepala banteng BMI yang mengarah lurus ke depan sebagai simbol karakter pemuda yang visioner tegak lurus pada ide-ide kebangsaan dan berani menantang status quo.
Dalam arahannya, Hasto mengungkapkan kekhawatiran terhadap penguatan tren desoekarnoisasi yaitu upaya mengikis atau melemahkan relevansi perjuangan Bung Karno dalam kehidupan politik saat ini. Ia meminta agar kader muda BMI dan PDIP menggunakan platform digital sebagai medan strategis untuk menyebarkan nilai-nilai kerakyatan Bung Karno, khususnya di kalangan milenial dan Gen Z. Menurut Hasto, media sosial bukan hanya sarana kampanye, tetapi arena pemikiran ideologis yang bisa memperkuat identitas kebangsaan.
Hasto juga menyampaikan bahwa demografi pemilih muda menjadi motif strategis partai. Ia menyatakan bahwa sekitar 58 persen pemilih masa depan diprediksi berasal dari generasi muda, sehingga PDIP perlu menyesuaikan struktur kepemimpinannya agar lebih inklusif dan relevan.Menurutnya, partai harus memberikan ruang bagi kader berusia di bawah 40 tahun melalui pembentukan subkomisi komunikasi politik dan siber, guna menampung gagasan dan pemikiran anak muda serta memaksimalkan potensi digital mereka.
Hasto juga mengaitkan strategi ini dengan penolakan terhadap politik uang dan pragmatisme. Ia menegaskan bahwa PDIP akan terus menjunjung politik moral, di mana rakyat kecil menjadi pusat perjuangan. Demokrasi baginya bukan soal kompetisi kekuasaan semata, tetapi sebuah gerakan untuk memperkuat suara rakyat yang paling rentan. Politik berdasarkan integritas dan nilai kerakyatan, menurut Hasto, adalah jawaban atas praktik politik transaksional yang merusak kualitas demokrasi.
Saat itu pula Hasto mengingatkan sejarah Bung Karno yang penuh perjuangan: meskipun menghadapi kolonialisme, pengasingan, dan represi, ia tetap dekat dengan rakyat marhaen dan tidak pernah menyurutkan idealismenya. Kisah tersebut, kata Hasto, sangat relevan bagi kader muda PDIP dan BMI saat ini. Generasi milenial harus meneladani keberanian moral Bung Karno, berdiri teguh meski berbeda, melawan arus demi cita-cita kebangsaan.
Ketua Umum BMI, Mochammad Herviano, mendukung penuh visi Hasto. Menurutnya, konsolidasi dalam Rakernas tidak hanya soal penguatan organisasi, tetapi juga persiapan ideologis jangka panjang. BMI menargetkan basis pemilih milenial dan Gen Z sebagai kekuatan utama dalam menyiapkan kemenangan partai di Pemilu 2029. Herviano mengatakan bahwa regenerasi di tubuh sayap partai harus berjalan secara kuantitatif dan ideologis agar semangat Bung Karno dikawal dengan kedalaman makna.
Sementara itu, Bendahara Umum BMI sekaligus anggota DPR dari Fraksi PDIP, Kaisar Kiasa Kasih Said Putra, menyatakan bahwa sinergi antara kader pusat dan akar rumput sangat penting. Rekrutmen anak muda harus dilakukan secara massif, terutama di level daerah, agar gerakan pemuda ideologis ini bisa menjangkau wilayah-wilayah yang luas. Kaisar menegaskan bahwa keberpihakan kepada rakyat kecil adalah nilai utama yang harus dipegang kader muda BMI agar partai tetap relevan dan berakar di masyarakat.
Menurut Hasto, momen Bersukaria Camp & Rakernas BMI 2025 adalah titik balik strategis. Di tengah kecenderungan politik semakin terfragmentasi dan semakin pragmatis, PDI Perjuangan ingin meneguhkan pondasi ideologisnya dengan menghidupkan kembali ajaran Bung Karno di kalangan generasi muda. Ia berharap gagasan baru lahir dari pertemuan para kader yang visioner dan kritis, sehingga perjuangan partai bukan hanya berbicara soal kemenangan elektoral, tetapi warisan nilai kebangsaan yang kokoh.
Keseluruhan strategi ini menunjukkan betapa PDI Perjuangan menaruh kepercayaan besar pada generasi milenial sebagai agen perubahan. Hasto menempatkan ideologi Bung Karno sebagai jangkar moral dan politik yang mampu mengarahkan arah perjuangan partai di tengah dinamika politik yang cepat berubah. Jika strategi ini berhasil, PDIP tidak hanya bisa memperkuat basis pemilih muda. Lebih jauh lagi, partai bisa memperkukuh identitas ideologisnya sebagai kekuatan yang berpihak pada rakyat dan konsisten pada nilai-nilai nasionalisme.
