KONEKSI MEDIA – Persaingan teknologi global antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas, kali ini berpusat pada arena yang lebih sensitif dan berpotensi mengubah wajah perang di masa depan: bioteknologi dan pengembangan “Prajurit Super”. Kekhawatiran serius ini telah disuarakan oleh sejumlah pejabat tinggi AS, termasuk Senator Demokrat Mark Warner, yang secara terbuka memperingatkan bahwa kemajuan teknologi baru China, terutama dalam pengumpulan dan pemanfaatan data genetik skala besar, dapat menjadi aset strategis yang mengancam keamanan nasional Amerika.
Pada akhir pekan lalu, Senator Warner, seorang tokoh berpengalaman dalam isu intelijen dan teknologi, mengungkapkan keprihatinan mendalamnya mengenai laju perkembangan bioteknologi China dan bagaimana Beijing dapat mengintegrasikannya untuk tujuan militer, yang melahirkan konsep fiksi ilmiah tentang “prajurit super” menjadi ancaman nyata. Warner menyoroti bahwa di samping persaingan tradisional dalam kecerdasan buatan (AI) dan teknologi robotik, perlombaan senjata bioteknologi kini menjadi front baru yang menuntut perhatian segera.
Data Genetik Sebagai Senjata Strategis
Inti dari ketakutan Senator Warner terletak pada pengumpulan data genetik masif yang dilakukan oleh entitas China, baik yang berafiliasi dengan pemerintah maupun perusahaan swasta. Laporan yang dikutip dalam analisis AS menyebutkan bahwa Beijing telah secara agresif mengumpulkan data genetik dari populasi besar di seluruh dunia. Data ini, yang diperoleh melalui tes DNA komersial, penelitian biologi, dan bahkan program kesehatan, jauh melampaui kepentingan kesehatan publik semata.
Menurut sumber intelijen dan laporan, data genetik ini dapat menjadi aset strategis yang tak ternilai harganya. Informasi genetik dapat mengungkapkan garis leluhur, ciri-ciri fisik spesifik, risiko penyakit bawaan, dan bahkan hubungan kekeluargaan. Namun, dalam konteks militer dan intelijen, data ini memiliki potensi yang jauh lebih gelap:
- Pengawasan dan Pelacakan Jangka Panjang: Data genetik memungkinkan identifikasi individu atau kelompok secara unik, berpotensi digunakan untuk pelacakan dan pengawasan yang ditargetkan.
- Penelitian Biologi Militer: Yang paling mengkhawatirkan adalah kemungkinan penggunaan data ini untuk penelitian biologi yang bertujuan menciptakan keunggulan militer. Para ahli AS berspekulasi bahwa China mungkin sedang mengeksplorasi cara untuk memodifikasi atau meningkatkan kemampuan fisik prajurit mereka sebuah langkah menuju pengembangan “prajurit super” dengan ketahanan, kekuatan, atau kecepatan di atas rata-rata manusia biasa.
Kelambatan Intelijen AS dalam Mengenali Ancaman
Senator Warner secara khusus mengkritik aparat intelijen AS yang dinilai “lambat” dalam mengenali dan mengatasi ancaman bioteknologi ini. Fokus utama intelijen AS cenderung terpusat pada militer dan pemerintah asing, namun kurang memberikan perhatian khusus pada perkembangan teknologi komersial yang berpotensi memiliki dampak keamanan nasional yang besar.
“Kita tidak memiliki fokus yang cukup pada teknologi komersial dibandingkan dengan pemerintah dan militer asing,” tegas Warner, menggarisbawahi celah kritis dalam strategi keamanan AS.
Kekhawatiran ini menggemakan laporan sebelumnya yang menyoroti ambisi China untuk menjadi pemimpin global di bidang bioteknologi pada tahun 2035. Proyek ambisius seperti inisiatif “Made in China 2025” secara eksplisit menargetkan biologi dan biomedis sebagai sektor kunci untuk dominasi global.
Pertarungan di Garis Depan Biologi
Ancaman “prajurit super” bukanlah sekadar fantasi dari film fiksi ilmiah lagi. Dalam istilah militer, ini merujuk pada upaya peningkatan kemampuan manusia, yang dikenal sebagai human enhancement, melalui intervensi biologi. Ini bisa berupa manipulasi genetik (meskipun etika dan teknologi saat ini masih menjadi perdebatan sengit), penggunaan obat-obatan untuk meningkatkan kinerja kognitif atau fisik, atau bahkan implan biometrik canggih.
Jika China berhasil memimpin dalam domain ini, ketidakseimbangan kekuatan di masa depan akan sangat signifikan. Sebuah angkatan bersenjata yang terdiri dari prajurit dengan daya tahan lebih tinggi, waktu reaksi lebih cepat, atau kemampuan kognitif yang ditingkatkan, akan memberikan keunggulan taktis dan strategis yang luar biasa di medan perang.
Tanggapan AS terhadap ancaman ini harus bersifat komprehensif. Selain peningkatan kesadaran di kalangan intelijen, diperlukan investasi besar dalam penelitian bioteknologi AS sendiri dengan batas-batas etika yang jelas serta langkah-langkah untuk melindungi data genetik warga negaranya dari akses asing. Pertarungan hegemonik abad ke-21 tidak hanya akan dimenangkan dengan pesawat tempur atau rudal hipersonik, tetapi juga di garis depan biologi dan data genetik manusia. Kekhawatiran Senator Warner adalah alarm keras bagi Washington untuk segera bertindak.

