KONEKSI MEDIA – Sebuah video rekaman kamera dasbor (dashcam) yang memperlihatkan tindakan brutal seorang tentara cadangan Israel kembali memicu kemarahan internasional. Dalam video yang beredar luas sejak Kamis, 25 Desember 2025, terlihat seorang pria Palestina yang tengah menjalankan ibadah salat di pinggir jalan wilayah Tepi Barat, sengaja ditabrak oleh kendaraan yang dikemudikan oleh seorang pemukim yang juga merupakan tentara cadangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Kronologi Kejadian di Desa Deir Jarir
Insiden memilukan ini terjadi di dekat desa Deir Jarir, sebelah utara Ramallah. Korban diidentifikasi bernama Majdi Abu Mukho. Berdasarkan keterangan keluarga, Majdi saat itu terpaksa berhenti di pinggir jalan untuk menunaikan salat karena terjebak antrean di pos pemeriksaan dadakan yang didirikan oleh para pemukim Israel.
Dalam rekaman video tanpa suara yang viral di media sosial, terlihat Majdi sedang dalam posisi bersujud ketika sebuah kendaraan jenis ATV (All-Terrain Vehicle) yang dikemudikan oleh pria berpakaian sipil namun membawa senapan serbu, melaju ke arahnya. Tanpa ada upaya pengereman, kendaraan tersebut menghantam tubuh Majdi hingga ia terpental dan tersungkur.
Bukannya memberikan pertolongan, pelaku yang kemudian diketahui sebagai tentara cadangan tersebut justru turun dari kendaraannya dan membentak korban yang masih kesakitan. Pelaku terlihat memberikan gestur mengusir dengan kasar agar Majdi segera meninggalkan lokasi tersebut. Tidak berhenti di situ, pelaku juga sempat mendatangi sebuah taksi Palestina di dekat lokasi untuk mengancam sang sopir sebelum akhirnya pergi meninggalkan tempat kejadian.
Kondisi Korban dan Kesaksian Keluarga
Ayah korban, Mohammed Abu Mukho, mengonfirmasi bahwa putranya segera dilarikan ke rumah sakit setelah kejadian tersebut. Beruntung, meski mengalami trauma dan luka memar yang cukup parah di kedua kakinya, nyawa Majdi berhasil diselamatkan dan kini sedang dalam masa pemulihan di rumah.
“Dia hanya sedang beribadah kepada Tuhan saat menunggu jalan dibuka. Menyerang seseorang yang sedang dalam posisi paling rendah (sujud) adalah tindakan yang sangat pengecut dan tidak manusiawi,” ujar Mohammed dalam sebuah wawancara singkat.
Respons Militer Israel (IDF) dan Kepolisian
Menanggapi viralnya video tersebut, pihak IDF mengeluarkan pernyataan resmi yang mengakui bahwa pelaku adalah salah satu tentara cadangan mereka. IDF menyebut tindakan tersebut sebagai “pelanggaran wewenang yang sangat berat” dan bertentangan dengan kode etik militer.
Berdasarkan penyelidikan awal, tentara cadangan tersebut ternyata juga sempat melepaskan tembakan di dalam desa Deir Jarir beberapa saat sebelum aksi penabrakan terjadi. Akibat perbuatannya, militer Israel telah mengambil langkah tegas:
- Pemecatan: Masa dinas cadangan pelaku telah dihentikan secara permanen.
- Penyitaan Senjata: Senjata api yang dibawa pelaku telah disita.
- Proses Hukum: Kasus ini telah diserahkan ke Divisi Tepi Barat Kepolisian Israel. Pelaku saat ini dilaporkan berada di bawah tahanan rumah selama lima hari untuk pemeriksaan lebih lanjut atas tuduhan tindakan kriminal yang tidak terkait dengan aktivitas operasional militer.
Eskalasi Kekerasan di Tepi Barat Tahun 2025
Insiden ini hanyalah puncak gunung es dari gelombang kekerasan yang terus meningkat di wilayah pendudukan Tepi Barat sepanjang tahun 2025. Data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan bahwa tahun ini merupakan salah satu periode paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat sejak Oktober 2023.
Lebih dari 1.000 warga Palestina telah tewas dan sedikitnya 750 orang terluka akibat serangan baik dari militer maupun pemukim Israel dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Sebaliknya, 57 warga Israel dilaporkan tewas dalam serangan balasan oleh pejuang Palestina.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengecam tindakan ini dan menuding bahwa “budaya impunitas” di dalam tubuh militer Israel membuat para tentara maupun pemukim merasa bebas melakukan kekerasan tanpa takut akan konsekuensi hukum yang sepadan. Penahanan rumah selama lima hari bagi pelaku penabrakan orang yang sedang salat dianggap oleh banyak pihak sebagai hukuman yang terlalu ringan dan “formalitas belaka”.
Kecaman Internasional
Aksi penabrakan ini memicu gelombang kecaman di media sosial dan dari berbagai organisasi internasional. Banyak pihak menuntut agar pelaku diadili di pengadilan kriminal internasional karena tindakan tersebut masuk dalam kategori kejahatan terhadap kemanusiaan dan penistaan terhadap kebebasan beragama.

