KONEKSI MEDIA – Kementerian Pertanian (Kementan) secara resmi mengumumkan rencana uji coba penanaman sorgum pada lahan seluas 5.000 hektare, sebagai bagian dari strategi diversifikasi pangan dan penguatan ketahanan pangan nasional. Uji coba ini direncanakan untuk dilaksanakan mulai tahun 2026, setelah proses persiapan lahan selesai.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan bahwa program budidaya sorgum adalah bagian dari upaya jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan impor gandum dan memperkuat ketahanan pangan melalui komoditas lokal. Sorgum dipandang sebagai tanaman strategis karena potensinya yang besar: bijinya dapat diolah menjadi pengganti beras atau tepung, batangnya bisa dimanfaatkan untuk bioetanol atau biomassa, dan akarnya bisa difungsikan sebagai pupuk organik.
Lebih jauh, uji coba ini sejalan dengan dorongan pemerintah provinsi, seperti di Jawa Barat, untuk menjadikan sorgum sebagai salah satu komoditas strategis. Wakil Gubernur Jawa Barat, Erwan Setiawan, menyatakan bahwa Kementan telah memberikan dukungan penuh dan menyiapkan lahan di berbagai kabupaten. Menurut Erwan, pengembangan sorgum tidak hanya memberi manfaat ekonomis, tetapi juga dapat mengoptimasikan lahan tak produktif atau terlantar.
Lokasi Uji Coba dan Distribusi Lahan
Menurut pernyataan Wagub Jabar Erwan Setiawan, lahan 5.000 ha yang disiapkan Kementan tersebar di beberapa kabupaten di Jawa Barat. Di antaranya:
- Cirebon: sekitar 8 hektare telah dipersiapkan untuk pemula penanaman sorgum.
- Majalengka: sekitar 20 hektare dialokasikan awalnya, dengan rencana penambahan ke depannya.
- Garut: rencana 50 hektare untuk budidaya sorgum.
- Sukabumi: lahan di beberapa titik juga disiapkan sebagai bagian dari pilot project.
- Ke depan, pengembangan lahan juga akan diperluas ke Indramayu, Subang, serta tambahan lokasi di Majalengka karena kondisi iklim yang dinilai sangat cocok untuk pertumbuhan sorgum.
Erwan menekankan bahwa penggunaan lahan ini juga sebagai sarana mengubah “lahan tidak produktif” menjadi lahan produktif, yang bisa berkontribusi signifikan terhadap ketahanan pangan nasional.
Potensi Ekonomi dan Manfaat Lingkungan
Sorgum dipandang sebagai tanaman multifungsi. Bagian tanaman sorgum hampir tidak ada yang terbuang:
- Biji sorgum: dapat diolah menjadi sumber pangan alternatif, terutama sebagai pengganti beras atau tepung.
- Batang sorgum: bisa dijadikan bahan baku bioetanol atau biomassa, mendukung aspek energi terbarukan.
- Akar sorgum: dapat digunakan sebagai pupuk organik, sehingga mendukung praktik pertanian yang lebih berkelanjutan.
Dengan pemanfaatan menyeluruh, Kementan berharap sorgum bisa menjadi bagian dari ekosistem pertanian yang efisien dan ramah lingkungan.
Tantangan dan Kendala
Meskipun potensinya besar, pengembangan sorgum menghadapi beberapa tantangan. Salah satu masalah utama adalah pemasaran. Selama ini, produksi sorgum masih terbatas pada kelompok petani kecil, sehingga skala produksi belum besar dan terpusat. Tanpa pasar yang stabil dan rantai nilai yang matang, petani mungkin kesulitan menjual produk sorgum secara menguntungkan.
Di sisi lain, penyediaan bibit unggul dan sarana produksi menjadi krusial. Untuk menjamin keberhasilan uji coba, Kementan perlu memastikan bahwa bibit yang ditanam memiliki produktivitas tinggi, tahan terhadap kondisi iklim lokal, dan cocok untuk tujuan komersial atau industri (seperti bioetanol). Menyiapkan infrastruktur irigasi, distribusi pupuk, dan pendukung pertanian lainnya juga menjadi bagian dari perencanaan.
Strategi Diversifikasi dan Ketahanan Pangan
Rencana ini bukan kebijakan yang berdiri sendiri. Pengembangan sorgum merupakan bagian dari peta jalan Kementan dalam memperkuat kemandirian pangan melalui diversifikasi. Selama ini, Indonesia sangat bergantung pada impor gandum untuk pakan ternak dan konsumsi pangan olahan.
Bahkan, sebelumnya pemerintah sempat menetapkan target yang lebih ambisius untuk sorgum. Pada tahun 2023, misalnya, pemerintah merencanakan membuka lahan seluas 115.000 hektare untuk budidaya sorgum, dan pada 2024 meningkat menjadi 154.000 ha. Namun, untuk saat ini, fokus Kementan adalah pada skala pilot project 5.000 ha langkah awal untuk menguji kelayakan budidaya sorgum secara lebih luas.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian juga mengungkapkan bahwa pengembangan sorgum adalah bagian dari upaya substitusi gandum, yaitu agar Indonesia bisa mengurangi impor gandum dengan memproduksi sendiri alternatif seperti sorgum. Apabila berhasil, program ini bisa menjadi terobosan penting dalam menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan nasional.
Pandangan dari Pemerintah Daerah
Dukungan dari pemerintah daerah sangat kuat, terutama di Jawa Barat. Wakil Gubernur Erwan Setiawan menyebutkan bahwa provinsi Jabar akan turut menginventarisasi lahan tak produktif yang dapat digunakan untuk budidaya sorgum. Ini menunjukkan bahwa kerja sama lintas pemerintahan (pusat dan daerah) menjadi fondasi penting dalam merealisasikan proyek ini. Erwan juga menyatakan optimisme bahwa jika program sorgum berjalan dengan baik, maka ketergantungan Indonesia terhadap impor beras atau palawija (tanaman sela) bisa berkurang.
Proyeksi dan Harapan ke Depan
Dengan uji coba 5.000 hektare, Kementan berharap bisa mendapatkan data penting: mulai dari produktivitas sorgum per hektare, biaya produksi, kebutuhan input (seperti pupuk, air), hingga potensi pasar lokal dan industri. Data ini nantinya akan menjadi dasar untuk keputusan apakah budidaya sorgum akan diperluas ke skala yang jauh lebih besar.
Jika hasil uji coba menunjukkan keberhasilan baik dari segi hasil panen maupun efisiensi biaya Kementan bisa mempertimbangkan ekspansi lahan sorgum hingga puluhan ribu hektare, selaras dengan target awal pembangunan sorgum nasional yang ambisius.
Di samping itu, diversifikasi sorgum juga dapat memperkuat ekosistem ketahanan pangan nasional tidak hanya untuk konsumsi pangan, tetapi juga untuk pakan ternak dan bahan bakar bio (bioenergi). Dengan demikian, sorgum bisa menjadi salah satu pilar utama strategi pangan jangka panjang Indonesia.

