Keseharian Keluarga Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan Terungkap

Keseharian Keluarga Anak Diduga Bunuh Ibu di Medan Terungkap

KONEKSI MEDIA – Peristiwa tragis yang menggegerkan warga Medan Sunggal masih menjadi sorotan setelah seorang anak perempuan berusia sekitar 12–13 tahun diduga membunuh ibu kandungnya sendiri di kediaman mereka pada Rabu (10/12/2025) pagi. Kasus ini tidak hanya membuat keluarga terpukul, tetapi juga seluruh lingkungan sekitar terpana dengan kejadian yang nyaris tak pernah mereka duga.

Fakta Kronologis Kasus

Kasus bermula ketika jenazah seorang wanita berinisial F (42) ditemukan di rumahnya di kawasan Jalan Dwikora, Medan Sunggal, dalam kondisi bersimbah darah. Korban diketahui merupakan ibu kandung dari seorang anak perempuan berinisial A, yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (kelas 6), berusia sekitar 12 tahun. Dugaan awal menunjukkan bahwa A adalah pelaku yang menikam ibunya hingga tewas.

Menurut laporan polisi dan saksi di lokasi, suami korban adalah orang yang pertama kali menemukan kondisi sang istri dalam keadaan tidak bernyawa. Ia kemudian meminta bantuan tetangga setelah curiga melihat sesuatu yang tidak wajar di rumahnya. Polisi yang tiba di lokasi langsung memasang garis polisi dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

Penyidik dari Polrestabes Medan kemudian mengamankan A, yang saat ini masih di bawah umur, untuk diperiksa secara intensif di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA). Mengingat usia pelaku yang masih sangat muda, polisi menegaskan bahwa proses pemeriksaan dilakukan dengan penuh kehati‑hatian dan dengan pendampingan psikologis.

Pengakuan Tetangga dan Keseharian Keluarga

Seorang tetangga di lingkungan sekitar, Husni, selaku Kepala Lingkungan 2 Tanjung Rejo, mengungkapkan bahwa keseharian keluarga tersebut sebenarnya tampak biasa saja dari luar. Menurut Husni, keluarga korban dikenal tertutup dan tidak banyak berinteraksi dengan warga sekitar. Meski begitu, selama ini mereka dianggap warga biasa yang tidak mencolok dan tidak pernah menunjukkan tanda‑tanda konflik serius di depan umum.

“Saya kurang dekat dengan keluarga ini. Setahu saya dari tetangga dia memang agak tertutup. Tidak pernah pamer atau berbuat keonaran,” ujar Husni ketika dimintai keterangan dalam sebuah program berita pagi. Ia berkata demikian berdasarkan cerita yang didapatnya dari beberapa tetangga lain yang lebih akrab dengan keluarga tersebut.

Namun tetangga lain yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwa sebelum kejadian, sempat terdengar suara gaduh dan keributan dari dalam rumah. Meski tidak begitu jelas apa pemicunya, kebiasaan keributan ini membuat beberapa warga merasa ada dinamika internal keluarga yang mungkin belum pernah mereka pahami sepenuhnya sebelumnya.

Reaksi Warga dan Kejutan Lingkungan

Banyak warga sekitar yang merasa terkejut mengetahui pelaku adalah anak yang masih berusia sangat muda. Seorang warga yang telah tinggal di kompleks itu lebih dari 20 tahun mengaku tidak pernah menyangka bahwa anak tersebut akan mampu melakukan perbuatan yang sedemikian tragis. Menurut mereka, pelaku dikenal sebagai sosok anak yang terlihat pendiam, tidak banyak bicara, dan terkesan bahkan berprestasi di sekolahnya.

“Kami semua sangat terkejut. Selama ini, dia terlihat biasa saja, pendiam, bahkan seringnya pergi ke sekolah dan pulang tanpa banyak bicara. Tidak ada tanda‑tanda kalau dia memiliki masalah serius,” ujar salah satu tetangga yang enggan disebutkan namanya.

Motif dan Dugaan Penyebab

Motif kejadian sendiri masih menjadi fokus penyelidikan polisi. Dari keterangan awal yang digali, dugaan sementara muncul bahwa tindakan pelaku bisa berkaitan dengan emosi sesaat setelah ditegur atau dimarahi oleh ibu kandungnya sehari sebelumnya. Ada indikasi bahwa pelaku merasa tersinggung atau sakit hati akibat teguran sang ibu, sehingga menimbulkan konflik batin yang berujung tragis

Namun, polisi belum memastikan apakah teguran itu merupakan satu‑satunya faktor pendorong atau hanya bagian kecil dari masalah yang lebih dalam. Penyidik terus meminta keterangan saksi lain serta melakukan pemeriksaan psikologis terhadap pelaku agar motif sebenarnya dapat lebih jelas dipahami.

Peran Keluarga dan Pemeriksaan Polisi

Selain memeriksa pelaku, polisi juga memanggil dan memeriksa ayah korban serta kakak dari pelaku sebagai bagian dari rangkaian penyelidikan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang dinamika keluarga, serta mencari tahu apakah ada faktor lain yang mungkin berkontribusi pada tragedi tersebut, seperti riwayat konflik rumah tangga atau masalah psikologis yang belum terungkap.

Kasat Reskrim Polrestabes Medan, AKBP Bayu Putro Wijayanto, menegaskan bahwa penanganan kasus dilakukan dengan penuh kehati‑hatian karena menyangkut anak di bawah umur. Pendampingan psikologis dari Dinas Sosial dan instansi terkait juga dilibatkan untuk membantu perkembangan mental sang pelaku selama proses hukum berlangsung

Duka dan Harapan Warga

Peristiwa ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban dan warga sekitar. Banyak yang berharap agar kejadian serupa tidak terulang, serta berharap semua pihak, termasuk orang tua dan lingkungan sekolah, semakin waspada terhadap kondisi psikologis dan emosional anak. Kasus ini juga memicu diskusi lebih luas mengenai pentingnya komunikasi dalam keluarga, serta perlunya pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan mental anak sejak dini.