KONEKSI MEDIA – Terminal Bus Kampung Rambutan, Jakarta Timur, kembali menjadi pusat perhatian menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Sejak beberapa hari terakhir, volume penumpang yang akan melakukan perjalanan keluar kota terus mengalami peningkatan signifikan. Fenomena ini mencerminkan lonjakan mobilitas masyarakat Indonesia pada periode libur panjang tahunan tersebut.
Momen Nataru memang dikenal sebagai salah satu titik puncak pergerakan masyarakat di akhir tahun. Banyak warga yang memanfaatkan masa libur panjang untuk pulang ke kampung halaman, berlibur bersama keluarga, atau menjenguk sanak saudara yang jarang ditemui sepanjang tahun. Aktivitas ini langsung terlihat dari membludaknya jumlah penumpang di terminal-terminal utama, terutama Terminal Kampung Rambutan.
Menurut data terbaru yang dirilis pengelola terminal, lonjakan jumlah penumpang mulai terlihat sejak pertengahan Desember, dengan pertambahan yang stabil setiap harinya. Pada tanggal 18 Desember, terminal memberangkatkan 50 bus dengan total 436 penumpang. Lalu pada 19 Desember, jumlah bus yang berangkat meningkat menjadi 67 unit dengan 720 penumpang. Peningkatan signifikan terjadi pada 20 Desember, saat 99 bus memberangkatkan 997 orang menuju berbagai kota di luar Jawa.
Data berikutnya menunjukkan fluktuasi namun secara keseluruhan tren masih meningkat. Pada 21 Desember terdapat 83 bus berangkat dengan 813 penumpang, sementara 22 Desember mencatat 92 bus dengan 738 penumpang yang berangkat dari terminal ini. Pada hari 23 Desember, tercatat 68 bus dengan 491 penumpang melakukan perjalanan. Jumlah penumpang harian ini diperkirakan akan terus bertambah memasuki H‑1 dan H‑2 Natal.
Sementara itu, menurut laporan independen lainnya, sejak rentang pagi hingga siang hari pada tanggal yang sama juga dilaporkan ada lebih dari 2.500 penumpang yang tercatat berangkat dari Kampung Rambutan dengan berbagai tujuan, paling banyak ke daerah Sumatra seperti Padang. Pada periode tertentu, jumlah penumpang harian bahkan mencapai sekitar 800 orang, jauh di atas angka normal yang biasanya berada di kisaran 450–500 orang per hari.
Kondisi ini bukan hanya angka semata, tetapi juga mencerminkan realitas perjalanan emosional jutaan warga yang menunggu momen liburan. Di tengah keramaian, tampak pula sejumlah storytelling manusia seperti pengalaman Krisna, perantau yang terakhir kali pulang kampung hampir 9 tahun lalu dan kini dapat kembali bertemu keluarga di Jawa Tengah berkat libur Nataru.
Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang dan menjaga keamanan serta kenyamanan perjalanan, pengelola terminal telah menyiapkan berbagai fasilitas dan layanan tambahan. Sejak 20 Desember, posko Pengamanan Terpadu telah dioperasikan di area terminal melibatkan aparat TNI–Polri, Dinas Perhubungan, serta instansi pendukung lainnya. Posko ini berperan penting dalam mengatur arus penumpang serta mengkoordinasikan berbagai respon cepat atas situasi yang mungkin terjadi selama periode puncak arus mudik.
Selain itu, aspek kesehatan pengemudi dan pelayanan keamanan juga menjadi perhatian serius. Di beberapa terminal lain seperti Terminal Tanjung Priok, petugas gabungan melakukan tes urine dan pemeriksaan kesehatan terhadap sopir bus untuk memastikan mereka berada dalam kondisi prima saat mengemudi melalui perjalanan panjang. Hal ini penting demi mencegah kecelakaan di jalan dan menjaga keselamatan penumpang.
Tidak hanya di Kampung Rambutan, fenomena peningkatan mobilitas juga terlihat di seluruh moda transportasi lain selama periode Nataru. Bandara Soekarno–Hatta mencatat lebih dari 1,18 juta penumpang hanya dalam satu minggu saja sejak pertengahan Desember, sementara kereta api dan moda transportasi jalan raya juga mengalami lonjakan besar.
Kepala Terminal Kampung Rambutan, Revi Zulkarnaen, dalam sejumlah kesempatan menegaskan bahwa pihaknya terus memantau perkembangan arus penumpang secara real time. Ia menyatakan bahwa meskipun sudah terjadi peningkatan signifikan, pihak terminal siap menghadapi puncak arus penumpang yang diprediksi akan terjadi pada 23–24 Desember, menjelang hari Natal. Menurutnya, jam sibuk pergerakan penumpang biasanya terjadi pada malam hari, ketika masyarakat memilih untuk melakukan perjalanan setelah beraktivitas seharian.
Namun, di balik lonjakan jumlah penumpang, tantangan logistik juga muncul, terutama dalam hal koordinasi bus keberangkatan, fasilitas tunggu penumpang, serta pengaturan lalu lintas di sekitar terminal yang kerap padat saat jam‑jam puncak. Pihak terminal bersama instansi terkait terus megupayakan pengaturan arus agar tetap tertib dan tidak terjadi penumpukan di area terminal.
Secara keseluruhan, tren meningkatnya jumlah penumpang di Terminal Kampung Rambutan mencerminkan bagaimana momen Natal dan Tahun Baru tetap menjadi momen penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Arus mobilitas yang kuat ini bukan sekadar angka, tetapi sebuah gambaran nyata dinamika kehidupan sosial dan budaya Indonesia dalam mengakhiri satu tahun dan memulai tahun baru bersama keluarga dan orang tercinta.

