Site icon Koneksi Media

Malam Tahun Baru 2026 di Semarang: Tanpa Kembang Api, Fokus Doa dan Donasi Sumatra

Malam Tahun Baru 2026 di Semarang Tanpa Kembang Api, Fokus Doa dan Donasi Sumatra

KONEKSI MEDIA – Langit Kota Semarang pada malam pergantian tahun, Rabu (31/12/2025) hingga Kamis (1/1/2026) dini hari, tampak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada dentuman kembang api yang biasanya bersahutan di atas kawasan Simpang Lima. Sebagai gantinya, ribuan warga berkumpul dalam kekhusyukan doa lintas agama dan aksi galang donasi untuk korban bencana banjir bandang yang tengah melanda wilayah Sumatra.

Kebijakan ini diambil secara resmi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang sebagai bentuk empati mendalam terhadap tragedi kemanusiaan di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Berdasarkan data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bencana hidrometeorologi di penghujung tahun 2025 tersebut telah merenggut lebih dari 1.100 jiwa dan memaksa jutaan orang mengungsi.

Transformasi Simpang Lima: Dari Pesta ke Refleksi

Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, menyatakan bahwa keputusan untuk meniadakan pesta kembang api merupakan langkah sadar untuk membangun solidaritas nasional.

“Biasanya Simpang Lima menjadi pusat ledakan kembang api, tapi tahun ini kami menyarankan panitia untuk tidak menyalakannya. Kita bersyukur atas perjalanan satu tahun ini, namun di saat yang sama, saudara-saudara kita di Sumatra sedang berduka. Doa lintas agama ini adalah bentuk syukur sekaligus permohonan agar tahun 2026 membawa keselamatan bagi seluruh bangsa,” ujar Agustina saat meninjau lokasi acara.

Acara yang dipusatkan di jantung kota ini diisi dengan panggung refleksi. Tokoh-tokoh agama dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu naik ke atas panggung secara bergantian untuk memimpin doa sesuai keyakinan masing-masing. Pesan utamanya seragam: memohon kekuatan bagi para penyintas bencana dan harapan agar Indonesia dijauhkan dari marabahaya di tahun yang baru.

Donasi Digital dan Antusiasme Warga

Tidak hanya berdoa, Pemkot Semarang bekerja sama dengan berbagai lembaga sosial juga memfasilitasi penggalangan dana di titik-titik keramaian. Di setiap sudut Simpang Lima dan area publik lainnya, tersedia QR Code (QRIS) bagi masyarakat yang ingin mendonasikan sebagian rezekinya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Indriyasari, menjelaskan bahwa meski suasana dibuat lebih tenang, hiburan musik tetap ada sebagai magnet bagi masyarakat. Namun, narasi yang dibangun sepanjang acara tetap berfokus pada kemanusiaan.

“Hiburan tetap ada untuk menarik masyarakat datang, namun tujuannya bergeser. Kami mengajak mereka untuk berdonasi. Berapa pun nilainya bukan masalah, yang terpenting adalah partisipasi dan rasa memiliki terhadap penderitaan sesama,” tutur Indriyasari.

Kondisi Sumatra yang Menggetarkan Hati

Latar belakang dari gerakan “Semarang Peduli” ini adalah keparahan bencana di Sumatra yang disebut-sebut sebagai salah satu banjir bandang terdahsyat dalam satu dekade terakhir. Hingga 29 Desember 2025, tercatat 1.140 orang meninggal dunia. Provinsi Aceh menjadi wilayah terdampak paling parah dengan 513 korban jiwa, diikuti Sumatera Utara dan Sumatera Barat yang juga mengalami kerusakan infrastruktur masif, termasuk ribuan rumah hancur dan ratusan jembatan putus.

Solidaritas dari Semarang ini disambut baik oleh masyarakat setempat. Salah satu warga, Prasetyo (34), mengaku tidak keberatan meski malam tahun baru kali ini tanpa kembang api.

“Rasanya kurang pas kalau kita hura-hura sementara di sana orang kehilangan rumah dan keluarga. Dengan ikut doa bersama di sini, rasanya perayaan tahun baru jadi lebih punya makna,” ungkapnya.

Penjagaan Keamanan dan Larangan Mandiri

Untuk memastikan kebijakan ini berjalan lancar, aparat gabungan dari Polrestabes Semarang dan Satpol PP melakukan patroli intensif. Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, juga telah menerbitkan Surat Edaran (SE) yang melarang penyalaan kembang api secara berlebihan di wilayah Kabupaten Semarang guna menghindari potensi bahaya dan menjaga suasana tetap kondusif.

Meskipun acara resmi pemerintah ditiadakan, beberapa destinasi wisata seperti Kota Lama, Pantai Marina, dan Bukit Gombel tetap ramai dikunjungi warga. Namun, secara umum, suasana malam tahun baru 2026 di ibu kota Jawa Tengah ini berlangsung lebih sunyi, khidmat, dan penuh dengan semangat berbagi.

Harapan di Tahun 2026

Melalui malam refleksi ini, Kota Semarang ingin mengirimkan pesan bahwa kebahagiaan menyambut tahun baru tidak harus dirayakan dengan kemewahan visual, melainkan dengan memperkuat ikatan kemanusiaan. Donasi yang terkumpul rencananya akan segera disalurkan melalui jalur resmi pemerintah untuk membantu pemulihan fasilitas pendidikan dan kesehatan di wilayah terdampak di Sumatra pada awal Januari 2026.

Exit mobile version