KONEKSI MEDIA – Sejak dini hari, kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, telah dipadati oleh ribuan massa dari berbagai penjuru Indonesia yang hadir untuk mengikuti acara Reuni Akbar 212. Gelaran tahun ini, yang menandai sembilan tahun sejak Aksi Bela Islam 212 pertama, tidak hanya berfokus pada isu domestik, tetapi juga menyuarakan isu kemanusiaan global dengan sangat kuat. Pemandangan paling mencolok adalah banyaknya peserta yang terlihat membawa dan mengibarkan Bendera Palestina di samping Bendera Merah Putih, menandakan kuatnya solidaritas umat Islam Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Solidaritas Palestina Menjadi Sorotan Utama
Acara yang dipusatkan di Silang Monas ini dimulai sejak pukul 01.30 WIB dengan rangkaian ibadah, termasuk Salat Tahajud, istigasah, dan zikir bersama. Namun, nuansa yang mendominasi adalah dukungan moral dan spiritual terhadap Palestina. Bendera-bendera Palestina berukuran besar dibentangkan, sementara yel-yel dukungan terhadap Al-Aqsa dan Gaza terdengar di sela-sela lantunan zikir.
Tema utama yang diangkat oleh panitia, yaitu: “Revolusi Akhlak untuk Selamatkan Indonesia dari Penjahat dan Merdekakan Palestina dari Penjajah,” seolah menjadi payung yang menghubungkan isu moralitas dalam negeri dengan isu kemanusiaan di Timur Tengah.
Ketua Steering Committee Reuni 212, KH Ahmad Sobri Lubis, dalam orasinya menekankan bahwa kehadiran massa hari ini adalah wujud dari kepedulian universal. “Kita di sini bukan hanya untuk urusan dalam negeri, tapi kita adalah bagian dari umat Islam sedunia. Saudara-saudara kita di Palestina sedang diuji dengan penjajahan, dan kita harus lantang menyuarakan dukungan serta doa,” tegasnya.
Sementara itu, Humas Reuni 212 Buya Husein, menambahkan bahwa acara ini juga mengirimkan pesan politik kepada pemerintah.
“Kami menuntut kepada Bapak Presiden Prabowo agar tegas menindak mereka-mereka yang berbuat kemungkaran, yang korupsi, dan agar peduli juga terhadap bencana-bencana, termasuk bencana yang menimpa saudara-saudara kita di Sumatra,” ujar Buya Husein. “Selain itu, kami mengajak seluruh peserta untuk mendoakan saudara-saudara di Palestina agar segera mendapatkan kemerdekaan dan kedamaian.”
Antusiasme Massa dan Logistik yang Disiapkan
Massa mulai berdatangan dalam rombongan besar sejak tengah malam, menggunakan bus, kendaraan pribadi, hingga kereta api, dan berjalan kaki menuju kawasan Monas. Mereka membawa sajadah, tikar, dan bekal masing-masing. Panitia terlihat sangat terorganisir dalam menyambut peserta. Puluhan tenda logistik didirikan, menyediakan ribuan paket makanan dan minuman gratis yang didukung oleh donasi swadaya masyarakat.
“Saya datang dari Bandung bersama rombongan 15 orang. Kami ingin ikut mendoakan kebaikan untuk negeri ini dan tentunya untuk Palestina,” ungkap seorang peserta bernama Ibu Aminah, yang terlihat antusias meski harus menempuh perjalanan malam.
Pengamanan dan Rekayasa Lalu Lintas
Untuk menjaga keamanan dan ketertiban acara, Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat mengerahkan total 2.511 personel gabungan dari Polri, TNI, dan Pemprov Jakarta. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol. Endra Zulpan, menyatakan bahwa pengamanan difokuskan pada upaya preventif dan humanis.
“Kami bekerja sama dengan panitia untuk memastikan acara berjalan lancar dan tertib. Prioritas kami adalah keselamatan semua pihak,” katanya.
Pengamanan ini juga disertai dengan rekayasa lalu lintas situasional. Beberapa ruas jalan di sekitar Monas, termasuk Jalan Medan Merdeka Utara, Selatan, dan Barat, serta kawasan Harmoni, Tugu Tani, dan Sarinah, ditutup atau dialihkan sementara sejak dini hari. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi lonjakan massa dan meminimalisir kemacetan di jantung Ibu Kota.
Gelaran Reuni Akbar 212 tahun ini dijadwalkan akan diakhiri setelah shalat Subuh dan penyampaian orasi oleh sejumlah tokoh, termasuk rencana kehadiran Habib Rizieq Shihab dan Presiden Prabowo Subianto. Kehadiran ribuan massa dengan kibaran bendera Palestina ini menggarisbawahi pesan bahwa isu moralitas bangsa dan solidaritas global tetap menjadi inti dari gerakan ini, mengirimkan gelombang pesan kuat dari jantung Jakarta ke seluruh dunia.

